Wisma SejahteraIncredible offer for our exclusive subscribers!Read More
38°C
17 February 2025
Teologi Konseptual

Cuaca Ekstrim yang Berdampak Terhadap Pertanian

Avatar photo
  • December 1, 2023
  • 5 min read
Cuaca Ekstrim yang Berdampak Terhadap Pertanian

Apakah akhir-akhir ini kita merasakan cuaca yang panas yang tidak seperti biasa? Cuaca panas yang membuat tanaman menjadi layu karena kekurangan air? Apakah kita juga merasakan hujan yang deras meskipun sudah memasuki musim kemarau? Hujan deras yang bahkan menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, atau tanah berpindah? Tanaman padi di sawah terendam air sehingga mati dan tidak panen? Bahkan kita yang terdampak banjir tidak dapat beraktivitas dengan normal? Mengapa semua itu terjadi? Apakah alam “marah” kepada kita manusia yang selalu merusak alam, sehingga menyebabkan terjadinya bencana dan kesengsaraan manusia? Alam telah berubah, tidak seperti dulu lagi yang masih “ramah” kepada kehidupan manusia. Perubahan alam ini lebih khusus kepada perubahan iklim, yang melanda tidak hanya di negeri kita Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

Apa itu perubahan iklim? Menurut Perserikatan Bangsa- Bangsa (2023), istilah perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Pergeseran atau perubahan ini mungkin alami, seperti melalui variasi dalam siklus matahari, tetapi juga tidak dapat dipungkiri terjadi karena ulah manusia. Sudah sejak lama manusia melakukan aktivitas yang menyebabkan pergeseran tersebut. Misalnya penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak, dan gas. Selain itu, juga terjadinya penebangan tanaman hutan tanpa perencanaan yang matang, yang kita kenal dengan “illegal logging” (Gambar 1) pembakaran sampah plastik, yang menyebabkan terjadinya pengaruh gas rumah kaca; berubahnya lahan subur menjadi lahan “beton” akibat meningkatnya jumlah penduduk, yang membutuhkan tempat tinggal atau tempat berbisnis, sehingga “menghilangkan tanaman” yang tumbuh; kehidupan manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam, misalnya yang paling sering kita lakukan adalah membuang sampah sembarangan; terjadinya kebakaran hutan.

Dampak dari kegiatan tersebut dapat menyebabkan naiknya suhu bumi. Adanya peningkatan suhu dunia dapat menyebabkan beberapa kejadian, di antaranya meningkatkan suhu rata-rata bumi, memengaruhi pola dan jumlah presipitasi (penguapan), mengurangi lapisan es dan salju di kutub dan wilayah empat musim, menaikkan permukaan laut, meningkatkan keasaman lautan, meningkatkan frekuensi, intensitas, dan/atau durasi kejadian ekstrem, pergeseran karakter ekosistem (lingkungan hidup), dan meningkatkan ancaman terhadap kesehatan manusia. Perubahan ini akan berdampak pada pasokan makanan, sumber daya air, infrastruktur, ekosistem, dan bahkan kesehatan kita sendiri.

Bagaimana pengaruh perubahan iklim di Indonesia? Perubahan pola curah hujan diperkirakan berdampak buruk bagi pertanian Indonesia, karena musim hujan yang lebih pendek. Indonesia mengalami gagal panen dan dampak negatif terhadap perikanan akibat perubahan iklim sejak tahun 2007. Dampak terjadinya perubahan iklim di bidang pertanian adalah gagal panen, baik karena kekeringan yang panjang (Gambar 2) maupun tanaman terendam air (Gambar 3), sehingga tanaman yang ditanam mati. Akibat dari dampak ini akan menyebabkan ketahanan pangan kita terganggu, pasokan sumber pangan berkurang, dan semua akan berujung pada kesehatan manusia. Ketahanan pangan sangat tergantung kepada pertanaman yang tumbuh sehat dan normal, dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Apabila tanaman penghasil sumber makanan kita terganggu atau bahkan gagal panen, maka ketahanan pangan akan terganggu. Ketersediaan pangan berkurang, dan jika hal ini tidak segera diatasi, maka akan timbul kekacauan dan keonaran.

Perubahan iklim akan mendatangkan malapetaka kalau tidak diantisipasi atau dimitigasi oleh pemerintah Indonesia, dan khususnya melibatkan semua pihak, termasuk kita sebagai warga gereja. Beberapa upaya dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia, seperti menumbuhkan dan mendorong inovasi energi terbarukan dan energi hijau, dan tidak menggunakan energi berbahan fosil misalnya minyak tanah, tetapi dengan energi yang ada di tanah air, seperti energi angin, energi surya, dan energi gelombang laut. Tanah air kita, Indonesia, kaya akan sumber daya alam, yang belum banyak dikelola. Selain itu, dijaga dengan baik hutan tropika kita yang masih tersisa dan didukung penanaman hutan kembali, khususnya hutan mangrove.

Pencegahan pembakaran hutan dengan tujuan apapun perlu dilakukan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Pembuatan dan pembangunan waduk atau bendungan untuk menahan air hujan, sehingga akan mencegah banjir jika hujan atau mencegah kekeringan jika musim kemarau, dan pertanaman tanaman pangan akan terjaga; selain ada fungsi lain dari adanya waduk dan bendungan.

Kebersihan halaman perlu ditanamkan kepada setiap orang dan tidak membuang sampah sembarangan karena dapat menyebabkan polusi air dan tanah serta udara, di samping dapat menyebabkan banjir. Kita sebagai warga gereja juga dapat berperan di dalam mengantisipasi perubahan iklim dan pada ketahanan pangan dalam lingkup kecil.

Kita dipanggil untuk memelihara ciptaan Tuhan atas bumi ini, dan tidak merusaknya. Oleh karenanya, banyak hal dapat kita lakukan untuk itu, misalnya dengan menghemat penggunaan air, tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah organik dan anorganik dalam wadah terpisah, menjaga kebersihan lingkungan rumah atau gereja, dan tidak membakar sampah sembarangan. Selain itu, kita dapat menanam tanaman sayur secara hidroponik di halaman terbatas, memelihara ikan di kolam terpal, memelihara ternak bekerjasama dengan petani penggarap ternak untuk membantu mereka dalam mengatasi ketahanan pangan, dan menanam tanaman atau pohon di halaman terbuka, membersihkan selokan air secara rutin, dan kegiatan lain yang mendukung.

Perubahan iklim masih akan terus berlanjut dan ketahanan pangan akan terus menghantui kita. Kemampuan kita bertahan di tengah kondisi iklim yang berubah akan membuat kita tetap hidup. Sebagai penyintas (survivor) di tengah perubhan iklim membutuhkan persiapan spiritual yang tinggi, kedekatan dengan Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, dan kemampuan kita menjaga diri dan kesehatan. Tubuh kita yang sehat akan menjadi tumpuan kita di dalam menghadapi perubahan iklim. Kesehatan tubuh jasmani kita dapat didukung dengan berbagai kegiatan, seperti rutin berolahraga yang ringan disesuaikan dengan usia, makan makanan sehat dan tidak harus mahal, mengurangi gula dan garam seiring dengan bertambahnya usia, serta minum obat herbal baik diramu sendiri maupun beli. Berbicara obat herbal, banyak jenis dan macam tumbuhan di sekitar kita dapat digunakan dalam pembuatan obat herbal. Obat herbal harus diminum secara rutin, tidak seketika minum obat herbal akan memberikan dampak positif ke eksehatan. Penulis sendiri merasakan manfaat obat herbal atau penulis sebut “minuman fungsional” (yang berbeda dengan jamu) setelah meminum lama. Dampaknya dapat dirasakan sampai sekarang; tetap sehat, imun tinggi, tubuh segar, dan tidak pernah sakit. Kondisi ini penting agar kita dapat bertahan hidup di tengah perubahan iklim yang sedang melanda bumi ini.

Berbagai kegiatan tersebut, jika dikerjakan dengan tekun, akan memberikan hasil menggembirakan dan dapat melalui situasi perubahan iklim dan mendukung ketersediaan pangan, meningkatkan ekonomi jemaat, dan meningkatkan taraf hidup jemaat, sehingga kebahagiaan akan terpancar dalam keluarga jemaat.

Avatar photo
About Author

Pnt. Lukas Susanto (GKI Sokaraja)