Teknologi Informasi Sebagai Sarana untuk Mencintai Lingkungan Hidup

Ketika kita berdiskusi tentang lingkungan hidup, maka yang perlu ditegaskan bahwa sangat banyak unsur yang saling berkaitan dalam pembentukan sebuah lingkungan hidup. Jika kita melihat perspektif tersebut dari diri manusia, maka dapat mulai dipahami bahwa hidup manusia tidaklah dapat berjalan jika tidak didukung oleh suatu lingkungan komplek yang mendukung kehidupannya. Kita sering mendengar bahwa ada unsur fisik (air, udara, tanah), unsur hayati, unsur budaya yang membangun sebuah lingkungan yang memberi suatu kehidpan. Dengan demikian dapat kita bayangkan bahwa jika salah satu unsur tersebut tidak berimbang, maka dapat dipastikan akan terjadi gejolak atau ketimpangan dalam kehidupan semua makhluk hidup. Allah dalam penciptaan langit dan bumi serta isinya senantiasa melihatnya bahwa semua itu baik (Kejadian 1:1-2:7). Keseimbangan dari setiap ciptaanNya tersebut membentuk sebuah ekosistem yang saling mendukung dengan menempatkan manusia sebagai pengelola dan pemeliharanya.
Segala hikmat dan kemampuan yang dikaruniakan Allah kepada manusia dalam mengelola lingkungan dan sumber dayanya, telah membawa perkembangan yang luar biasa melalui berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibangunnya. Namun demikian, sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, pertimbangan untuk menjaga keseimbangan lingkungannya terkesan telah diabaikan. Sehingga sangat penting untuk senantiasa perlu didorong agar setiap orang terus menyadari bahwa kehidupan manusia dan lingkungannya harus terus diseimbangkan. Diskursus terkait dengan hal ini perlu terus dikuatkan, tidak ketinggalan dalam Gereja sebagai tubuh Kristus sangat perlu untuk menguatkan tentang kepedulian pada lingkungan hidup.

Kepedulian yang terus dikuatkan terhadap lingkungan sangat penting untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Lingkungan memberi kita sumber daya penting seperti udara bersih, air bersih, makanan, dan tempat berlindung. Mengapa kepedulian pada lingkungan hidup itu penting? Kita tentu dapat menyebutkan banyak perspektif. Setidaknya, ijinkan penulis menyebutkan beberapa di sini. Pertama, merawat lingkungan akan turut membangun kesejahteraan manusia karena sumber daya akan senantiasa tersedia. Ketersediaan sumber daya lingkungan hidup tersebut akan menjamin adanya pembangunan kehidupan yang terus berkelanjutan, ingat bahwa kita hidup bukan untuk generasi saat ini, namun juga untuk mendukung generasi yang akan datang. Tanggung jawab ini menjadi terasa tidak penting ketika ada sebagian pribadi manusia yang memang tidak menyadari atau tidak mau peduli dengan keberlanjutan kehidupan. Kelestarian lingkungan yang terus dapat dijaga setidaknya dapat menjadi dasar untuk memampukan kita dalam menyikapi perubahan iklim, dan juga mitigasi kebencanaan. Hal terakhir yang dapat diungkapkan di sini adalah melestarikan lingkungan hidup secara tidak langsung akan berdampak pada menjaga dan bahkan terus menguatkan nilai budaya di lingkungan di mana manusia itu hidup. Pada akhirnya, dari semua alasan yang diungkapkan tersebut, kepedulian terhadap lingkungan hidup sangat membutuhkan sikap paling mendasar dari diri manusia, yaitu tanggung jawab moral.
Tanggung jawab moral ini tidak dapat ditanggung pada sekelompok komunitas, namun harus melekat pada setiap pribadi. Tantangannya saat ini adalah perkembangan teknologi, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah membangun budaya serba cepat dan instan, sehingga membuat kondisi lingkungan, khususnya sosial budaya yang mengalami disrupsi dengan segala bentuknya. Hal lain yang juga perlu didasari bahwa tanpa terasa bahwa sikap yang menguasai dan juga ketergantungan pada teknologi tersebut tidak dapat terhindarkan. Padahal di sisi lain, kepedulian terhadap lingkungan hidup tidak dapat dilakukan secara instan. Dalam hal inilah, diperlukan adanya sikap yang berintegritas dalam membangun pribadi manusia yang peduli dan bahkan makin mencintai lingkungan hidup.
Kecintaan akan lingkungan hidup adalah mengubah pola pikir.
Dalam hal ini penulis berpandangan bahwa perlu untuk disertakan sikap-sikap yang berintegritas. Sikap yang berintegritas sangat dibutuhkan dalam andil seseorang untuk mencintai dan bahkan turut melindungi lingkungan hidup. Pembahasan terkait sikap terhadap lingkungan hidup memang tidaklah sederhana, tidak dapat dinyatakan saja, namun sikap harus dimiliki dan diwujudkan dalam kehidupan setiap saatnya. Sikap tentu harus disertai dengan penguatan nilainilai yang dihidupi secara khusus berkaitan dengan kepedulian pada lingkungan hidup.
Beberapa sikap penting yang perlu terus dibangun pada setiap pribadi untuk mendukung kontribusi pada kecintaan lingkungan hidup, adalah tanggung jawab, jujur, rasa hormat, beretika, berempati, dan tekun. Setiap sikap pribadi tersebut berelasi pada pertimbangan, dan pengakuan akan dampak lingkungan hidup. Hal ini penting. Sikapsikap setiap pribadi tersebut juga akan menjawab tantangan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di semua bidang kehidupan. Sehingga yang menjadi penting kemudian adalah bagaimana peran keluarga, dan dalam hal ini adalah komunitas Gereja untuk turut serta dalam menumbuhkan bahkan menguatkan sikap tersebut.
Sikap lain yang bersifat lebih komunal juga perlu untuk ditumbuhkan, antara lain sikap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak sangat dibutuhkan. Hal ini perlu dibangun karena upaya melindungi lingkungan hidup adalah upaya kolektif. Gereja perlu bekerja sama dengan masyarakat, organisasi, dan pemerintah untuk terus mengembangkan dan menerapkan solusi berkelanjutan yang mengatasi tantangan lingkungan. Kolaborasi juga dapat mendukung penyuaraan serta advokasi akan kecintaan lingkungan hidup.
Upaya-upaya untuk pendewasaan pribadi melalui nilai dan sikap tersebut tidaklah mudah. Namun demikian, pada akhirnya saat ini kita juga tidak dapat melepaskan akan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dengan segala sistem aplikasi yang digunakan. Tantangan yang cukup berat untuk tetap konsisten dan berkelanjutan, tapi bagaimanapun juga hal ini perlu untuk menjadi perhatian oleh para pimpinan Gereja, Klasis, Sinode Wilayah, dan bahkan Sinode GKI.
Penerapan Praktis TIK untuk Menumbuhkan Kecintaan pada Lingkungan Hidup
Segala kemudahan dan tantangan dalam pemanfaatan TIK untuk mendukung bertumbuhnya kecintaan setiap kita, baik pribadi ataupun komunal, terhadap lingkungan hidup akan selalu ada. Pada intinya, kita dapat memulainya dari hal-hal yang paling sederhana, kemudian secara gradual dan konsisten dapat ditingkatkan pemanfaatan TIK untuk menggerakkan suatu tindakan nyata untuk mewujudkan kecintaan dan kepedulian pada lingkungan hidup.

Penerapan TIK untuk mencintai lingkungan dapat diwujudkan dengan tujuan, antara lain untuk mengurangi dampak lingkungan, mempromosikan keberlanjutan, bahkan gerakan untuk mendukung upaya konservasi lingkungan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk memanfaatkan TIK untuk mencintai lingkungan kita. Hal-hal yang diuraikan secara ringkas berikut ini difokuskan pada lingkungan keluarga dan gereja.
- Membuat tata kelola penggunaan energi di setiap rumah tangga, dan gereja. Sebagai contoh sederhana adalah tata kelola yang perlu ditetapkan untuk dapat diterapkan dalam penggunaan listrik pada jam-jam tertentu, pemanfaatan perangkatperangkat komputer dan periferalnya. Tata kelola ini mendorong kepedulian untuk makin memahami penghematan energi. Contoh lain misalnya periferal yang dipilih adalah yang hemat energi. Bahkan jika dimungkinkan, pemanfaatan manajemen kontrol pemanfaatan periferal yang tertata dapat membantu mengurangi sampah periferal elektronik karena usia pemanfaatan dapat lebih maksimal.
- Terus mendorong untuk memanfaatkan secara optima teknologi virtual dan telecommuting yang dapat mengurangi kebutuhan atau beban perjalanan. Pemanfaatan ini tentu bukan untuk mengurangi pertemuan on-site yang makin tren setelah pandemi COVID-19 selesai, namun penerapan ini perlu dipandang sebagai bagian untuk meningkatkan kepedulian akan kolaborasi jarak jauh, bahkan berperan untuk mengurangi emisi karbon.
- Menguatkan pemanfaatan sistem kolaborasi, seperti Google Suite, Microsoft 365, Zoho One, dan sebagainya. Pemanfaatan sistem tersebut akan menolong untuk memudahkan kerja sama dan kerja yang lebih efektif, dan pada akhirnya diharapkan dapat membangun budaya peduli pada penggunaan kertas, ataupun sejenisnya, yang pada akhirnya juga mengurangi beban limbah.
- Menguatkan kepemilikan infrastruktur berbasis cloud computing untuk berbagai kebutuhan pencatatan data dan analisisnya. Hal ini dapat dipandang juga untuk mengurangi beban pemakaian energi yang berlebihan untuk infrastruktur server ataupun jaringan di rumah atau gereja.
- Memanfaatkan berbagai kanal media komunikasi untuk terus memberikan pendidikan dan menumbuhkan kesadaran akan lingkungan. Kita dapat menggunakan berbagai platform media sosial, situs web, email, dan aplikasi seluler untuk berbagi informasi, kiat, dan sumber daya terkait pelestarian lingkungan.
Hal-hal praktis di atas adalah sebuah langkah awal sederhana yang dapat dilakukan bersama. Hal yang perlu kita ingat bahwa implementasi yang berhasil dari langkah-langkah tersebut membutuhkan kolaborasi, dukungan, dan partisipasi aktif dari individu, keluarga, komunitas (gereja), masyarakat, dan pemerintah. Kita perlu untuk memulai, walaupun dari hal kecil, namun terus konsisten dan meningkat secara gradual untuk makin menunjukkan kepedulian dan kecintaan pada lingkungan hidup.