Bank Sampah GKI Coyudan Solo – “GKI Coyudan Bagi Dunia”

Pendahuluan
Pada hari Rabu, 24 Agustus 2022 lalu, GKI Coyudan Solo memasuki usia ke-74 tahun. Usia yang menunjukkan sebuah perjalanan panjang yang sarat dengan kasih dan penyertaan Tuhan bagi gereja-Nya. GKI Coyudan menyadari bahwa kasih dan penyertaan Tuhan yang luar biasa itu juga mengandung sebuah tanggung jawab besar yaitu bagaimana GKI Coyudan boleh terus diberkati dan menjadi berkat bagi dunia. Oleh karena itu panitia mengambil tema “GKI Coyudan bagi Dunia”
Melalui tema ini anggota jemaat diajak untuk menghayati panggilan Tuhan atas umat dalam relasi dan keterlibatannya dengan bumi yang Tuhan ciptakan. Sebab dunia ini tidak hanya berbicara tentang manusia saja, tetapi juga berbicara tentang bumi dan segala ciptaan Tuhan yang ada di dalamnya; bahkan manusia sendiri diciptakan dari tanah yang mengisyaratkan bahwa manusia adalah bagian dari bumi. Melalui tema “GKI Coyudan bagi Dunia” anggota jemaat diajak untuk melihat pada diri masing-masing sebagai gereja Tuhan, “Sudah 74 tahun GKI Coyudan menjadi dewasa, apa sajakah kontribusi GKI Coyudan bagi pemeliharaan dunia ? Apakah dunia kita hanya ada pada gereja dan kegiatannya ?! Tempat kerja dan keluarga ?! Ataukah dunia tempat kita berkarya di dalam Tuhan itu termasuk juga bumi dan seluruh ciptaan-Nya ?!”.
Program Bank Sampah
Melihat kerusakan bumi dari tahun ke tahun tentu merupakan keprihatinan yang tidak boleh diabaikan. Terlebih lagi GKl Coyudan sebagai tubuh Kristus, selayaknya berkontribusi pada pelestarian lingkungan hidup sebagai bentuk iman yang meyakini dan percaya bahwa bumi dan semua isinya adalah ciptaan dan milik kepunyaan Tuhan. Terlebih lagi melalui firman Tuhan, kita diingatkan bahwa dari sejak semulanya perintah Tuhan yang pertama pada Adam dan Hawa tidak lain adalah untuk memelihara dan mengusahakan bumi. Karenaitu, selayaknya menjadi perhatian bagi seluruh warga gereja untuk memperhatikan bagaimana cara dan bersama berupaya untuk menjaga bumi dari kerusakan, bahkan perlu untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup; sebab manusia adalah bagian dari bumi dan hidup bergantung pada “pemberian” bumi.
Semua yang dibutuhkan manusia untuk hidup, baik makanan maupun minuman dan tempat berteduh, semuanya bergantung pada bumi yang memberikan tumbuhan dan makanan untuk binatang dan sumber daya alam untuk pembangunan ?! Jika Tuhan memberikan “tugas” kepada bumi untuk menumbuhkan semua kebutuhan manusia, dan kepada manusia “tugas” untuk memelihara bumi, bukankah ini saatnya gereja kembali menyuarakan kabar baik bagi bumi ?! Kabar baik yang memulihkan cara berpikir umat manusia untuk “berkuasa” atas bumi dengan cara memelihara bumi ?!
Dalam pergumulan itulah panitia HUT ke-74 tahun GKl Coyudan Solo meluncurkan program “BANK SAMPAH” yang diharapkan menjadi program berkelanjutan dan berdampak positif bagi jemaat maupun pelestarian lingkungan.
Demi membekali sekaligus mengedukasi anggota jemaat akan pentingnya kepedulian menjaga lingkungan hidup terkhusus dalam mengelola sampah, panitia mengadakan talkshow dengan tema “Bank Sampah: Mengelola Sampah dengan Bijaksana”, dengan narasumber lbu Denok Marty Astuti (dikenal sebagai : pejuang sampah di kota Solo). Ibu Denok menjelaskan bahwa bumi saat ini sudah amat mengkuatirkan dan memprihatinkan, sangat perlu kepedulian semua pihak untuk merawatnya, “Perlu pertobatan ekologis untuk menyelamatkan bumi” demikian katanya.
Kegentingan ini berdasar dari kenyataan bahwa di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo kota Solo yang luasnya sekitar 17 hektar itu, saat ini timbunan sampahyang ada telah mencapai 30 meter tingginya. Bahkan ketinggian tersebut telah mencapai jaringan listrik SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi), sehingga ada banyak binatang seperti sapi yang mati tersengat aliran listrik tersebut saat mereka hendak mencari makan di timbunan sampah tersebut. Ini berarti bahwa penanganan sampah di kota Solo sudah mencapai batasnya dan harus mendapatkan dukungan dari segenap warga kota Solo dan sekitarnya dalam mengelola sampah.
Dengan kondisi yang sudah sangat memprihatinkan tersebut, sudah sepantasnya kita semua mulai berbenah untuk memperbaiki keadaan dengan turut mengemban tanggung jawab untuk mengelola sampah rumah tangga masing-masing agar kondisi yang memprihatinkan ini tidak semakin buruk dan menjadi warisan yang tidak baik untuk anak cucu kita di masa mendatang.
Beberapa cara yang saat ini GK Coyudan lakukan adalah :
- GKI Coyudan mulai mengurangi penggunaan plastik botol dan gelas untuk minum yang berpotensi menjadi sampah di lingkungan gereja dengan cara menyediakan dispenser dan air minum agar anggota jemaat dapat mengisi ulang tumbler atau botol untuk minum sebagai pengganti botol plastik sekali pakai.
- GKI Coyudan menghimbau jemaat untuk mulai mengolah sampah menjadi pupuk kompos yang digunakan untuk memupuk tanaman di rumah.
- GKI Coyudan meluncurkan program Bank Sampah yang berlokasi di salah satu bangunan (milik anggota jemaat GKI Coyudan yang juga selama ini dipakai sebagai tempat parkir saat Kebaktian Hari Minggu atau hari khusus).
- Anggota jemaat diajarkan untuk memanfaatkan program Bank Sampah dengan cara :
- Mengumpulkan sampah kering di rumah. Sampah yang diterima dalam kondisi kering dan bersih. Sampah berupa kertas (kertas koran, majalah, buku yang sudah tidak terpakai, kertas HVS bekas dan sebagainya), botol plastik/botol kemasan sabun sampo, tutup botol plastik/tutup galon, gelas plastik, galon isi ulang yang tidak terpakai, kantong plastik yang sudah tidak terpakai, duplex, kardus, alumunium, pipa, ember plastik, kaleng, botol kaca, besi/baja, dan lain-lain.
- Sampah bersih dan kering itu lalu dipilah berdasarkan jenisnya.
- Pada waktu yang telah ditentukan dalam sebulan sekali anggota jemaat dapat membawa sampah yang sudah dipilah tadi ke Bank Sampah GKI Coyudan.
- Sampah akan ditimbang, kemudian dicatat oleh tim Bank Sampah GKI Coyudan untuk dinilai sesuai harga yang ditetapkan.
- Sampah akan disetorkan kepada pengepul sampah pada hari itu juga, sehingga tidak ada sampah yang menumpuk di lokasi Bank Sampah.
- Tabungan sampah yang telah terkumpul akan dikembalikan dalam nominal uang dalam satu tahun berikutnya.
Sampai saat ini, anggota jemaat yang terlibat dalam program Bank Sampah semakin banyak, yang menunjukkan bahwa anggota jemaat semakin menyadari bahwa Bumi perlu untuk dipelihara dan dijaga bersama. Sebabsemuamakanan berasal dari rahim bumi, maka seperti anak menyayangi ibunya, sudah sepantasnya setiap umat manusia menyayangi Bumi yang memeliharanya. Bukankah demikian mandat yang Tuhan berikan kepada setiap kita dalam Kejadian 2:15, . … mengusanakan dan memelihara … “?
Mari kita gerakan mencintai bumi ciptaan Tuhan ini dengan melakukan pemeliharaan yang menyeluruh; baik itu pemeliharaan atas kehidupan umat manusia, binatang, tumbuhan, air, udara, dan tanah.
Tuhan memberkati.
